Cari

HIBURAN

DAFTAR ISI

Download


Rabu, 05 Desember 2012

SASTRA DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK



Kata Pengantar



         Segala puji hanya bagi Allah Swt. Karena atas karunia, rahmat, dan hidayatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul SASTRA DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK. Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Psikosastra.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Dosen mata kuliah Psikosastra.
Penyusun menyadari bahwa isi dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini bisa lebih baik. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan kita semua umumnya dan semoga Allah subhanahuwata’ala selalu memberikan hidayahnya kepada kita.
Penyusun




Hal


 
 


 
BAB I

Anak tidak pernah lepas dari belajar, baik di sekolah maupun dalam lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat diperlukan anak dalam pendidikan.  Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan anak . Kita ketahui bahwa anak merupakan objek yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan keberhasilan anak dalam sekolah.
Dalam perkembangan kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam pengembangan kognitif anak perlu memiliki pemahaman yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena, perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, proses perkembangan kognitif, dan pengaruh sastra terhadap perkembangan kognitif anak.
Melalui makalah ini kami mencoba untuk mengangkat masalah perkembangan kognitif anak agar guru dan orang tua dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.

Dari latar belakang perkembangan kognitif anak , dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1.              Apa pengertian perkembangan kognitif?
2.              Bagaimana proses perkembangan kognitif?
3.              Apa saja karakteristik perkembangan kognitif anak?


4.              Apa manfaat sasta terhadap perkembangan kognitif anak?

Didalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan yang kami jabarkan, diantaranya adalah:
1.             Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan kognitif anak.
2.             Berharap dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak.

                             
 



BAB II

Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan anak yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan individu dalam memahami dunia, yaitu; pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita masuk akal, kita mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kita. Misalnya, kita memisahkan gagasan penting dari gagasan-gagasan yang kurang penting. Kita mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Namun, kita tidak hanya mengorganisasikan pengamatan-pengamatan dan pengalaman-pengalaman kita, kita juga menyesuaikan pemikiran kita untuk meliput gagasan-gagasan baru.
Piaget (1954) yakin bahwa penyesuaian diri (adaptasi) dilakukan dalam dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi (assimilation) terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Akomodasi (accomodation) terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Akomodasi dan asimilasi ini kemudian membentuk struktur berpikir, yang oleh Piaget disebut skema (“Schema/Schemata”). Skema mengacu kepada unit (atau unit-unit) dasar atau suatu pola pemfungsian sensori-motorik yang terorganisasi.
Piaget berpikir bahwa asimilasi dan akomodasi berlangsung sejak kehidupan bayi yang masih sangat kecil. Bayi yang baru lahir secara refleks mengisap segala sesuatu yang menyentuh bibirnya (asimilasi), tetapi setelah beberapa bulan pengalaman, mereka membangun pemahaman mereka tentang dunia secara berbeda. Beberapa objek, seperti jari dan susu ibu, dapat diisap, dan objek lain, seperti selimut yang berbulu halus sebaiknya tidak diisap (akomodasi). Tahapan-tahapan pemikiran ini secara kualitatif berbeda dari setiap individu. Cara anak berpikir pada satu tahap tertentu sangat berbeda dari cara mereka berpikir pada tahap lain.
Ide-ide dasar Teori Piaget dalam Perkembangan Kognitif.
Beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak menurut piaget, antara lain:
1.             Anak adalah pembelajar yang aktif.
Menurut Piaget, anak itu tidak hanya mengobservasi dan mengingat semua yang mereka lihat dan mereka dengar secara pasif. Padahal secara natural mereka memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka hadapi itu.
Dalam memehami dunia mereka sacara aktif, anak menggunakan “schema” (skema) seperti yang disebutkan oleh Piaget, yaitu konsep-konsep atau kerangka yang ada dalam pikiran anak yang digunakan untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.
2.             Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak itu tidak hanya mengumpulkan semua yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya anak memberikan gambaran khusus untuk membangun suatu pandangan  menyeluruh tentang dunia dan kehidupan sehari-hari.
3.              Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Ketika anak menggunakan dan beradaptasi terhadap skema yang mereka buat, ada dua proses yang bertanggung jawab yaitu assimilation dan akomodasi. Asimilasi terjadi apabila seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, yaitu anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yaitu anak menyesuaikan skema yang dimilikinya dengan lingkungannya.
4.              Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Menurut Piaget, ketika anak melalui proses penyesuaian asimilasi dan akomodasi system kognisi anak berkembang dari satu tahap ke tahap yang selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yaitu keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya dilingkungan.
Menurut Piaget, pikiran anak kecil berbeda secara kualitatif dibandingkan dengan anak yang lebih besar. Maka dia menolak tentang definisi intelegensi yang didasarkan pada jumlah jawaban yang benar dalam suatu tes intelegensi.

Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi.
1.             Teori Perkembangan Kognitif Piaget.
Piaget meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif, yaitu tahap sensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan Desmita (2009:101) dan (Anwar Holil, 2008).


a.      Tahap Sensori-Motorik (usia 0 sampai 2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Dalam postingnya, (Arya, 2010) ”Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangan saja.” Pada proses ini Piaget menamakan proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua entitas yang berbeda.
b.      Tahap Pra-Operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita, 2009). Begitu juga dari sumber posting (Joesafira,2010) pada tahapan pra-operasional menurut piaget ada beberapa ciri antara lain:
1)             Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mampu (secara perseptual, emosional-motivational, dan konsepsual) untuk mengambil perspektif orang lain.
2)             Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini.
3)             Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.
4)             Berpikir pra-operasional adalah terarah statis.
5)             Berpikir pra-operasional adalah transductive (pemikiran yang meloncat-loncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara berurutan.
6)             Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan suatu objek tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam pikirannya saja.
c.       Tahap Konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
d.      Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik. Dalam blog (Joesafira, 2010) tahap operasional formal mencakup dua hal, yaitu:
1)             Sifat deduktif-hipotesis
Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka akan membentuk strategi-strategi penyelesaian berdasarkan hepotesis permasalahan tersebut. Maka dari itulah berpikir operasional formal juga disebut berpikir proporsional.
2)             Berpikir operasional formal juga berfikir kombinatoris.
Berpikir operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem solving yang betul-betul ilmiah. Dengan menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi yang mencakup General Information and Verbal Analogies, Jones dan Conrad (Loree dalam Abin Syamsuddin M, 2001) menunjukkan bahwa laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja, setelah itu kepesatannya berangsur menurun.

2.             Teori Pemprosesan Informasi.
Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan system pemprosesan informasi sebagai alternatif terhadap teori kognitif Piaget. Pada teori Piaget perkembangan kognitif digambarkan dengan berbagai tahap tetapi, para pakar psikologi pemprosesan informasi lebih menekankan pentingnya proses-proses kognitif atau menganalisis perkembangan keterampilan kognitif, seperti perhatian, memori, metakofnisi dan strategi kognitif.
Setidaknya ada tiga dasar asumsi umum teori pemprosesan informasi (Zigler & Stevenson, 1993) dalam buku Desmita(2009:116) yaitu:
a.              Pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi.
b.             Individu-individu memproses informasi dari lingkungan.
c.              Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat kita pahami bahwa teori pemprosesan informasi lebih menekankan bagaimana individu memproses informasi tentang dunia, bagaimana informasi masuk ke dalam fikiran, bagaimana penyimpanan dan penyebaran informasi dan bagaimana pengambilan kembali informasi untuk melaksanakan aktivitas yang kompleks. Sehingga inti dari pendekatan pemprosesan informasi ini adalah proses memori dan proses berfikir.
Dalam buku (Desmita, 2009), Robert Siegler (1998) mendiskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemprosesan informasi, yaitu proses berfikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri. Seperti uraian diatas, kita ketahui para ahli teori pemrosesan informasi menolak pendapat Piaget tentang tahap-tahap perkembangan kognitif. Mereka percaya bahwa proses kognitif berkembang secara gradual dan cendrung tetap. Berikut ini akan dikemukakan kecendrungan perkembangan beberapa kemampuan kognitif anak, seperti persepsi, atensi, dan memori.

karakteristik perkembangan kognitif anak dibagi dalam dua tahap yaitu tahap usia sekolah (SD) dan Remaja (SMP dan SMA).
1.             Usia Sekolah (Sekolah Dasar)
Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar masuk dalam tahap pemikiran kongkret-operasional, yaitu masa dimana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Menurut pieget, operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan opersi kongkret adalahaktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau kongkreat dapat di ukur. Desmita (2009:104).
Artinya anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali berbagai cara pemecahan permasalahan yang dihadapinya. Anak usia ini juga dapat mempertimbangkan secara logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu beberapa aturan atau strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan penggandaan, mengurutkan sesuatu secara berseri dan mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti 5 x 6 = 30 dan 30 : 6 = 5 (Jhonson & Medinnus, 1974).
Dalam buku psikologi perkembangan anak karangan Desmita (2009:104) menurut pieget, anak-anak pada masa kongkret operasional (masa sekolah SD) ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Jhonson & Medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi: negasi, resiprokasi dan identitas.
a.             Negasi (negation)
Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan akhirnya saja tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada masa kongkret opersional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
b.             Hubungan timbal balik (resiprokasi)
Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang, tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbale balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama. Desmita (2009:105). Sehingga dalam masa ini anah mulai mengerti tentang hubungan timbal balik.
c.              Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui berbagai benda  yang berada dalam suatu deretan, bisa menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990) dalam (Desmita,2009). Jadi, anak pada usia sekolah (masa Konkrit operasional) dapat mengetahui identitas berbagai benda dan mulai memahami akan susunan dan urutan tertentu.

2.             Remaja (SMP dan SMA)
Pada masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut sampai usia remaja  sampai masa dewasa (Lerner & Hustlsch, 1983) dalam (Desmita, 2009). Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia.
Pada masa remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Mereka sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk sesuatu benda yang belum diketahui.

Sebagai sebuah karya, sastra anak-anak menjanjikan sesuatu bagi pembacanya yaitu nilai yang terkandung di dalamnya yang dikemas secara intrinsik maupun ekstrinsik. Oleh karena itu, kedudukan sastra anak menjadi penting bagi perkembangan anak. Sebuah karya dengan penggunaan bahasa yang efektif akan membuahkan pengalaman estetik bagi anak. Penggunaan bahasa yang imajinatif dapat menghasilkan responsi-responsi intelektual dan emosional dimana anak akan merasakan dan menghayati peran tokoh dan konflik yang ditimbulkannya, juga membantu mereka menghayati keindahan, keajaiban, kelucuan, kesedihan dan ketidakadilan. Anak-anak akan merasakan bagaimana memikul penderitaan dan mengambil resiko, juga akan ditantang untuk memimpikan berbagai mimpi serta merenungkan dan mengemukakan berbagai masalah mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya (Huck, 1987).
Pengalaman bersastra di atas akan diperoleh anak  dari manfaat yang dikandung sebuah karya sastra lewat unsur intrinsik di dalamnya yakni;
(1)          memberi kesenangan, kegembiraan, dan kenikmatan bagi anak-anak,
(2)          mengembangkan imajinasi anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan memikirkan alam, kehidupan, pengalaman atau gagasan dengan berbagai cara,
(3)          memberikan pengalaman baru yang seolah dirasakan dan dialaminya sendiri,
(4)          mengembangkan wawasan kehidupan anak menjadi perilaku kemanusiaan,
(5)          menyajikan dan memperkenalkan anak terhadap pengalaman universal dan,
(6)          meneruskan warisan sastra.
Selain nilai instrinsik di atas, sastra anak juga bernilai ekstrinsik yang bermanfaat untuk perkembangan anak terutama dalam hal (1) perkembangan bahasa, (2) perkembangan kognitif, (3) perkembangan kepribadian, dan (4) perkembangan sosial.
Sastra yang terwujud untuk anak-anak selain ditujukan untuk mengembangkan imajinasi, fantasi dan daya kognisi yang akan mengarahkan anak pada pemunculan daya kreativitas juga bertujuan mengarahkan anak pada pemahaman yang baik tentang alam dan lingkungan serta pengenalan pada perasaan dan pikiran tentang diri sendiri maupun orang lain.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak-anak  juga berfungsi sebagai media hiburan  dan pendidikan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. (Wahidin, 2009).
Contoh sastra anak
Mati Lampu
Mati lampu adalah kesusahanku
Mati lampu adalah kebosananku
Mati lampu itu gelap gulita

Aku tidak bisa belajar
Aku tidak punya lampu teplok
Aku tidak punya lampu tabung
Apalagi genset
Aku susah mencari lilin
Aku sangat takut dijalan gelap
Walaupun ada bulan dan bintang
Jalan masih saja gelap bagiku

Kami terus menunggu lampu menyala
Sampai keesokan pagi
Hiduplah lampu terang benderang

Karya: Qorrie Aina Maryam.

Bahasa yang digunakan pada puisi di atas, pasti bisa dipahami oleh anak-anak, karena mengggunakan bahasa Indonesia. Hal yang diungkapkan tentang peristiwa yang sering dihadapi oleh anak-anak yaitu tentang peritiwa  mati lampu. Peritiwa mati lampu pada puisi di atas, tidak lepas dari konteks keadaan negeri kita, yang dalam kenyataanya memang sering mati lampu. Dengan mengerti keadaan ini, maka anak yang membaca puisi diatas, semakin mengerti bahwa lampu listrik sangat penting bagi anak-anak. Unsur kesenangan (hiburan)  yang dapat diperoleh oleh pembaca dari segi pembaitan yang menggunakan repetisi (pengulangan) untuk keindahan rima (nada). Sehingga ada kesan  tentang arti pentingnya lampu, serta penggunaan kata-kata yang sering digunakan oleh anak-anak dalam keseharian.


  

BAB III
Perkembangan kognitif pada anak merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang termasuk dalam  proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Fungsi hakiki sastra anak adalah menghibur dan mendidik. Kedua fungi ini tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Keduanya saling mempengaruhi dan saling menguatkan. Selain itu, ada pula fungsi-fungsi lainnya sesuai konteksnya.




Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Anak . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (perkembangan anak ). Bandung: CV Pustaka Setia.


separador

0 komentar:

Posting Komentar

berkomentar yang baik:
=> tidak mengandung sara
=> sopan
=> tidak berbau porno grafi, baik dalam bentuk gambar, link URL, Video.
=> tidak mengandung spam

maaf apabila komentar anda kami hapus atau tidak kami tampilkan

WAKTU

IKUTI